Minggu, 01 Maret 2015

LUPUS

menjalani hari-hari seperti biasanya, tanpa merasakan gejala apapun. namun.. suatu sore, tubuh nisa timbul ruam-ruam merah, tubuh terasa lemas, tulang berasa hancur. menangis dan menangis yang bisa nisa lakukan.
dokter muda berseragam putih yang sedang berjaga di sesi malam, mendiagnosis nisa mengalami lupus...
namun kedua orang tua nisa tidak percaya, karena lupus bagi orang awam merupakan penyakit genetik..
"apa ?? Lupus?? bagaimana mungkin ... keluarga kami tidak ada yang mengidap lupus..." sontak kaget ibu nisa.
" ya bu, gejala dan ciri-ciri sangat mendukung " jawab dokter
" ya allah, jikalau ini memang benar lupus, hilanglah anak ku satu yang bawel ini, yang lincah ini" ibu nisa berujar.
ayah nisa tidak mempercayai , lalu membawa nisa kembali pulang.
keesokan harinya, nisa dibawa ke dokter kluarga ..
" aahhh... ini bukan lupus , hanya alergi . dokter itu salah mendiagnosis" dokter yang jauh lebih berpengalaman berujar.
lega perasaan nisa dan kedua orang tua nisa, yang ternyata.. nisa hanya mengalami alergi.
Nisa menjalani kehidupannya seperti biasa. aktif kuliah, kegiatan ekstrakulikuler, bergaul layaknya anak muda, bahkan nisa mulai membiasakan tergabung dalam sebuah komunitas.
komunitas dimana yang membangun rasa peduli nisa, menghargai , demokrasi dan kritis .
yaa.. nisa tergabung dalam komunitas yg menaungi semua masalah yang berkaitan dengan anak.
begitu banyak kegiatan yang niisa ikuti, begitu banyak tekanan yang otak nisa harus terima , hingga selang setengah tahun, nisa kembali mengalami penyakit yang hanya dianggap "alergi"

Lagi-lagi nisa mendapati ruam-ruam merah ditubuh dan diwajah , tenggorokan mulai sakit, sesak nafas dan sedikit pusing. yaa... gejala alergi yang biasanya ditangani dengan antibiotik, akan sembuh.
namun sedikit berbeda keesokan harinya... sendi nisa membengkak dan sakit , hingga tak bisa bangkit.
nisa kembali ke dokter keluarga , namun kali ini dokter itu memvonis nisa terkena LUPUS.
nisa syok, cemas, namun tetap terlihat santai menerima , nisa menganggap penyakit adalah biasa.
nisa memang memiliki imunitas yang lemah , nisa mudah sekali sakit, sesak nafas , sinusitis. namun nisa sangat aktif di berbagai bidang yang berat , namun nisa merasa nyaman menjalaninya.

nisa kembali dirujuk kerumah sakit untuk tes Lab. kenyataan bahwa ciri-ciri memang sama seperti lupus, namun ada satu ciri yang membedakan..
"apakah rambut kamu rontok ?? mual??" tanya dokter specialist penyakit dalam
" tidak dok, hanya mual saja. rambut saya tidak rontok sama sekali " jawab nisa.
"oke nisa , kamu hanya rematik muda " jawab dokter .

ooh oke 3 dokter berbeda dgn konteks yang berbeda pula.
namun semakin kesini, semakin banyak  rambut nisa yang rontok, kepala nisa sering pusing , tak jarang ia ingin pingsan, namun nisa kuat dan tidak pernah pingsan ( alhamdulilahh).
Tak putus asa, nisa mulai searching opung google tentang lupus .
semakin kesini ciri-ciri lupus banyak yang sudah nisa alami.
nisa tak ayal berputus asa. yang ia tahu , lupus adalah penyakit mematikan , setara dengan kanker yang hingga saat ini belum ada pengobatannya. namun, nisa tetap mencoba positive thinking, yang bisa ia lakukan adalh, selamma ia masih hidup, masih bernapas.. apaapun yang bisa ia lakukan untuk membantu orang, akan ia lakukan , selama melihat orang bahagia , nisa merasa bahagia dan bangga. tanpa menggubris seberapa parahkah penyakit nisa, nisa tidak ingin ayah ibu tahu ," toh ini penyakit tidak ada obatnya, biarkanlah aku habis oleh penyakit ini daripada aku harus menahan diri diruangan sebuah rumah sakit dengan berbagai obat-obatan tanpa melihat orang-orang disekitarnya melakukan hal-hal yang sangat mulia" ujar nisa sambil memejamkan mata.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar